Perhatian ! Dipersilahkan mengutip sebagian atau keseluruhan isi blog ini ke blog Anda ASAL menyebut URL sumber tulisan dan/atau permanent link artikel yg dikutip.Komentar, saran atau pertanyaan dapat diajukan melalui buku tamu, kotak komentar blog atau email ke: PutiJasmien@gmail.com

Praja Hilang Saat Pendidikan

Liputan6.com, Paser: Satu per satu fakta yang menguatkan adanya kekerasaan di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri terkuak. Nasib Abdul Rahman, misalnya. Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (nama lama IPDN) angkatan tahun 1990 asal Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, itu tak diketahui kabarnya hingga sekarang.
Anak dari keluarga almarhum Zamhari itu hilang secara misterius dalam masa pendidikan di tahun 1992. Kabar hilangnya Abdul Rahman diterima ayahnya, Zamhari (saat ini sudah almarhum) dari salah satu dosen pengasuh di STPDN. Tepatnya, ketika ada kegiatan Latihan Integrasi Taruna Dewasa (Latsitarda) tahun 1992 di Kabupaten Paser.
Kepada pihak Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Paser, sang dosen mengatakan bahwa Abdul sudah tidak lagi berada di Kampus STPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Hanya informasi itulah yang diperoleh pihak keluarga. Dan hingga saat ini atau setelah hampir 15 tahun, mereka tak pernah mendapat pemberitahuan secara resmi dari pihak STPDN yang kini menjadi IPDN. Namun, pihak keluarga hingga sekarang masih berharap mendapatkan kejelasan perihal kondisi dan keberadaan Abdul.
Tak hanya itu. Belum lama ini, SCTV memiliki fakta baru tentang keberadaan sel di dalam kampus tersebut. Sel ini diduga kuat kerap digunakan untuk menghukum praja yang dianggap nakal. Berdasarkan pengamatan SCTV, ruang kurungan itu letaknya agak tersembunyi. Bahkan, sesungguhnya tak sembarang orang bisa masuk ke dalam kawasan tahanan tersebut. Dan mungkin, baru kali ini keberadaan sel di IPDN terungkap ke media massa.
Akan tetapi, sejak kasus kematian Cliff Muntu mencuat, sel itu tak lagi digunakan untuk menghukum praja-praja yang dianggap nakal. Keberadaan sel di dalam sekolah praja yang sesungguhnya tak lazim itu makin menguatkan fakta bahwa pola pembinaan yang lekat dengan kekerasan memang ada di IPDN
[baca: STPDN=IPDN, Mendidik atau Menyiksa?].
Entah logika apa yang dipakai para pejabat di IPDN untuk membuat sel di sekolah. .....selengkapnya .(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

No comments: